AS Monaco menyadari bahwa mereka bukanlah tim unggulan di Liga Champions. Meski begitu, mereka tetap menyimpan mimpi mengulangi pencapaian gemilang pada tahun 2004 silam.
Pada musim 2003/2004, final Liga Champions mempertemukan dua tim yang tidak diunggulkan, Porto dan Monaco. Monaco, yang saat itu dilatih Didier Deschamps, akhirnya harus mengakui keunggulan Porto-nya Jose Mourinho dan kalah telak 0-3.
Setelah sempat terdegradasi ke divisi dua, Monaco kembali tampil di Liga Champions pada musim ini. Les Rouges et Blancs berada di babak 16 besar dan menang 3-1 atas Arsenal di leg pertama.
Untuk lolos ke perempatfinal, Monaco cuma perlu meraih hasil seri pada pertemuan kedua yang akan dilangsungkan di Stade Louis II, Rabu (18/3/2015) dinihari WIB. Mereka bahkan akan tetap melaju meski kalah dengan selisih satu gol.
“Kami bisa menunjukkan kualitas terbaik kami melawan tim-tim top,” ujar gelandang Monaco, Joao Moutinho, di London Evening Standard.
“Main di Ligue 1 sangat ketat, sangat agresif. Beberapa tim bagus secara teknik, tapi yang lain mengandalkan fisik, saat bertahan dan serangan balik. Sulit untuk menemukan ruang dan Anda harus memakai taktik yang berbeda-beda untuk meraih kemenangan,” tambahnya.
“Tak ada yang menjagokan kami di Liga Champions, namun kami benar-benar bermain bagus. Kami pantas berada di posisi kami sekarang,” kata pemain asal Portugal itu.
Berbekal semangat yang dimiliki Monaco, Moutinho yakin timnya akan bisa terus melaju dan membuat kejutan-kejutan.
“Saya sepenuhnya yakin dengan tim kami meski kami kurang berpengalaman,” tuturnya.
“Dengan semangat tim yang kami punya, kami bisa melaju lebih jauh lagi dan kenapa tidak mengulangi Monaco dan Porto pada tahun 2004?” kata Moutinho.